Mempelajari Kendala Membeli Franchise
Pada umumnya, orang membeli franchise karena alasan mudah menjalankannya dan tidak perlu dari nol, karena sudah ada merek, sistem dan supporting. Benar memang alasan tersebut. Namun sejatinya tidak mudah memperoleh suatu bisnis franchise yang sesuai keinginan alias propektif dan menguntungkan. Meskipun sudah sesuai dengan minat dan keuangan, ternya banyak kendala yang biasanya dijumpai.
Minimnya akses informasi tentang berbagai merek prospektif dan unggul bagi calon franchisee. Disaming informasi yang ada masih terlalu umum dan masih sepihak dari franchisor, juga masih jarang sekali ada kajian terhadap kinerja dan prospek dari masing –masing pemberi waralaba karena mahal biaya risetnya. Kalau bisa disediakan, para calon franchisor umumnya enggan memakai data yang bernuansa marketing intellegence karena masih dianggap terlalu mahal.Sejumlah pemberi waralaba unggulan yang cukup diminati calon franchisee sebagai pemilik nilai ivestasi ,termasuk franchisee free yang mahal. Hal ini berarti, sektor waralaba prospektif, terutama asing hanya akan mampu dimiliki oleh para pengusaha menengah dan benar.
Strategi Membeli Franchise
Para umumnya para calon franchisee malas melakukan investigasi pada sejumlah franchise yang ada, apalagi bila memakai biaya tertentu untuk riset dan negosiasi dengan calon mitra usaha.Sejumlah merek usaha yang memiliki jaringan luas dan prospektif sudah tidak lagi menawarkan kemitraan franchise, sehingga tertutup peluang untuk menjadi calon franchise mereka.Waralab yang prospektif umumnya memiliki nilai investasi yang besar, dengan jadwal pembayaran
Yang ketat. Dengan harga yang mahal dan belum ada alternatif pembiayaan operasi outlet melalui kredit waralaba, maka calon franchisee ahirnya harus memilih merek lain yang bukan pilihnya dan sebenarnya kurang prospektif.
Untuk mengurangi berbagai kendala di atas, sebaiknya para calon franchisee harus melakukan beberapa langkah/strategi antara lain:
1.Untuk menjadi calon franchisee skala kecil dengan investasi kurang dari Rp 50 juta per outlet, bisa dilakukan proses persiapan dan pemilihan usaha waralaba sendiri. Akan tetapi, bila menghendaki skala usaha waralaba yang lebih besar dan jangkauan yang lebih luas, maka perlu membentuk inkubator franchisee yang terdiri dari 2 orang atau lebih. Bula untuk memenuhi modal hingga Rp 50 juta belum tersedia, maka hendaklah masuk dalam waralaba skala kecil dan menengah. Dari sana biasanya ada program perkuatan modal usaha melalui koperasi, baik yang datang dari dana pemerintah maupun dana bank komersial.
2.Untuk memperoleh informasi waralaba yang aktual maka calon franchisee harus mencari informasi yang lengkap dari internet, membeli buku direktori/kontak bisnis waralaba secara berkala, menghadiri pameran waralaba secara berkala maupun berlangganan beberapa majalah/tabloid yang banyak membahas tentang waralaba dan peluang bisnis. Dalam hal ini, pemerintah maupun swasta perlu mendorong adanya transfaransi dari para franchisor dan pelaporan kinerja secara berkala kepada calon franchisee (bila perusahaan menengah besar bisa merupakan hasil kredit dari akuntan publik).
3.Dalam pemilihan lokasi usaha, hendaklah berdasarkan survei dan mapping sektor usaha yang akan di masuki calon franchisee di suatu kawasan atau daerah. Setiap calon franchisee bisa melakukan studi kelayakan lokasi dan pasar waralaba tersebut dengan biaya yang murah bila pemerintah beserta asosiasi terkait melakukan mapping dan survei secara berkala untuk kepentingan calon bisnis franchisee. Calon franchisee bisa mengajukan pembiayaan bersama untuk menyusun studi kelayakan, agreement waralaba sudah di sepakati.